Sukar sebenarnya melaksanakan syariat di akhir zaman. Ditambah pula jarak antara kita dan Rasulullah saw sudah mencecah ribuan tahun.
Maka tidak keterlaluan jika zaman sekarang di panggil zaman Double Jahiliyah.
Buktinya lihat saja umat Islam hari ini ramai yang tidak solat, tidak puasa, tidak membayar zakat, tidak membaca al-Quran, tidak belajar agama, tidak menutup aurat, melakukan pergaulan bebas, ikut sistem riba, berzina, minum minuman keras, menipu, mengadu domba, fitnah-menfitnah, rasuah dan bermacam-macam perbuatan yang semuanya bertentangan dengan arahan Allah.
Malah kesalahan umat terdahulu kita ulangi dan upgrade ke satu tahap lagi. Lesbian, buang anak tak mengira jantina malah terang-terangan menghina Islam tanpa rasa bersalah.
Umat Islam hari ini yang bangga dengan ke'Islam'an, mereka adalah umat Islam yang gagal menegakkan 'Islam' dalam kehidupan mereka serta masyarakat.
Kita menganggap kehebatan kita yang membuat diri kita mencapai kejayaan.
Jiwa merasa menderita bila dicaci.
Merasa bangga dengan kelebihan diri.
Mereka bukannya tak tahu apa yang telah diperintahkan atas mereka, tetapi mereka tidak mampu melaksanakannya.
Jiwa mereka lemah melawan tuntutan hawa nafsu dan pengaruh syaitan yang kuat menarik mereka kepada jalan-jalan kejahatan dan kerosakan.
Begitulah susahnya mengamalkan syariat Islam dan itu menjadi masalah besar yang dihadapi oleh majoriti umat Islam hari ini.
Begitulah susahnya mengamalkan syariat Islam dan itu menjadi masalah besar yang dihadapi oleh majoriti umat Islam hari ini.
Namun mempraktikkan apa yang di dalam jiwa/hati (syari'at batin) jauh lebih susah daripada syari'at lahir.
Sebab amalan hati merupakan ilmu rasa (zauk) dan bukan ilmu kata, bukan sebutan dan teori tetapi merupakan rasa hati.
Bukan saja orang yang lemah syariatnya tidak dapat melaksanakan amalan jiwa/hati bahkan orang syariat lahirnya sudah kuat dan bagus masih belum dapat merasakan dan menghayatinya.
Buktinya dapat kita rasakan sendiri. Tepuk dada tanya hati....
Buktinya dapat kita rasakan sendiri. Tepuk dada tanya hati....
Mari kita cek list di bawah. Sudah tercapai atau kita masih tergolong seperti contoh dibawah. Cekidaut:
Kita masih lalai dari mengingati Allah dan tidak cinta pada-Nya.
Tidak ada rasa takut dengan kehebatan Allah serta hina diri dengan Allah.
Tidak sabar berhadapan dengan ujian.
Tidak merasakan kuasa itu ditangan Allah.
Tidak merasa diri berdosa.
Masih suka mengumpat.
Masih hasad dengki.
Rasa cinta dunia.
Tiada rasa belas kasihan.
Tidak berlapang dada bila berhadapan dengan manusia yang bermacam ragam.
Sombong.
Pemarah.
Pendendam.
Buruk sangka.
Serakah.
Keras kepala.
Keluh kesah.
Putus asa.
Tidak redha dengan takdir.
Tidak bimbang dengan hari Hisab.
Tidak takut Neraka.
Tidak rasa rindu dengan Syurga yang penuh kenikmatan.
Kita menganggap kehebatan kita yang membuat diri kita mencapai kejayaan.
Kita tidak merasakan bila saja Allah akan datangkan bencana dan mematikan kita.
Kerana merasa hebat maka kita membuat hutang, gila pangkat, mengatur pelbagai rancangan tanpa pasrah pada Allah.
Tidak merasa kelemahan diri.
Tidak senang dengan kata nista orang.
Tidak senang dengan kelebihan orang yang menandingi kita.
Rasa menderita dengan kemiskinan.
Benci dengan orang yang tidak beramal (bukan rasa kasihan).
Merasa lebih bila berhadapan dengan orang yang tidak beramal.
Rasa terhina untuk menerima kebenaran dari orang lain.
Masih berat untuk mengakui kesalahan walaupun tahu kita bersalah.
Jiwa merasa menderita bila dicaci.
Merasa tenang dan senang hati bila disanjung.
Merasa bangga bila mendapat nikmat.
Merasa mahu hidup lebih lama.
Merasa bangga dengan kelebihan diri.
Merasa terhina dengan kekurangan.
Tidak pernah puas (cukup) dengan apa yang ada.
Tidak merasa berdosa (bersalah).
Tidak merasa dunia kecil dan hina.
Tidak merasa akhirat besar.
Tidak menderita bila berbuat dosa atau kesalahan tetapi menderita bila harta dan jawatannya hilang.
Amacam? Mereka yang bagus mengamalkan syariat lahir pun masih belum dapat melaksanakan amalan jiwa/hati (syariat batin) secara istiqamah dan bersungguh-sungguh, apatah lagi yang amalan lahirnya diabaikan sama sekali.
Jika diumpamakan syariat itu pohon, maka amalan jiwa/hati adalah buahnya. Orang yang sudah memiliki pohon pun belum tentu memperoleh buahnya (dan kalaupun dapat buah belum tentu sedap rasa buahnya), apa lagi orang yang tidak menanam pohon sama sekali.
Begitulah perbandingannya orang yang tidak melaksanakan syariat Allah. Susah sekali baginya untuk merasakan hakikat. Kalau secara lahir dia tidak dapat tunduk pada Allah, tentu batinnya lebih susah untuk diserahkan pada Allah.
Jika diumpamakan syariat itu pohon, maka amalan jiwa/hati adalah buahnya. Orang yang sudah memiliki pohon pun belum tentu memperoleh buahnya (dan kalaupun dapat buah belum tentu sedap rasa buahnya), apa lagi orang yang tidak menanam pohon sama sekali.
Begitulah perbandingannya orang yang tidak melaksanakan syariat Allah. Susah sekali baginya untuk merasakan hakikat. Kalau secara lahir dia tidak dapat tunduk pada Allah, tentu batinnya lebih susah untuk diserahkan pada Allah.
Mari kita bersama renung-renungkan..... Selamat berusaha untuk mengamalkannya...